Catatan Perjalanan :
Pernah dengar kata Guam? Guam adalah nama sebuah
tempat, atau tepatnya nama sebuah daratan yang terletak di sisi agak ke barat
Samudra Pasifik, yang membatasinya dengan Laut Philipina, atau kira-kira 2,500
km di sebelah utara daratan Papua (Irianjaya). Saya sempat transit di wilayah
ini dalam perjalanan dari Honolulu menuju Denpasar.
Guam adalah bagian dari wilayah teritorial Amerika
Serikat (barangkali semacam commonwealth untuk Inggris). Daerah ini
mempunyai sistem pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh seorang Governor yang
saat ini dijabat oleh Carl T.L. Gutierrez, seorang putra daerah Guam asli.
Sebagai salah satu dari 13 wilayah teritorial-nya Amerika, Guam bukan merupakan
negara bagian Amerika, dan hubungannya dengan pemerintah Amerika adalah sebatas
pada bantuan ekonomi dan militer. Menariknya, penduduk Guam ternyata tercatat
berkewarganegaraan Amerika dan memperoleh fasilitas sebagaimana warga negara
Amerika.
Bulan Juli nanti masyarakat setempat akan melakukan pemungutan suara untuk memilih akan tetap menjadi bagian dari wilayah territorial Amerika atau berdiri sendiri. Pengalaman Puerto Rico barangkali bisa menjadi cermin. Puerto Rico adalah wilayah territorial Amerika terbesar, berada di Laut Karibia. Tiga kali wilayah ini pernah melakukan pemungutan suara untuk menjadi negara bagian (state) Amerika ke-51, dan ternyata penduduknya lebih memilih tetap berstatus “persekemakmuran” (commonwealth), di antaranya karena dengan status ini mereka tidak harus membayar pajak pendapatan federal.
Luas daratan Guam yang merupakan daratan vulkanik
ini hanya sekitar 550 km2, membentang sepanjang kira-kira 48 km timur laut
– barat daya. Tempat ini terkenal
sebagai tujuan wisata pantai, karena memang itulah pesona wisata andalannya
sebagaimana umumnya banyak daerah kepulauan yang banyak membentang di Samudra
Pasifik, tentunya selain dari kehidupan tradisional penduduk aslinya.
Saking sedemikian dibanggakannya pesona wisata
pantai di Guam, hingga bendera lambang pemerintahannya pun bergambar nyiur
melambai dan perahu layar di atas dasar warna biru bergaris kotak merah.
Agaknya yang membedakan antara Indonesia dengan Guam, meskipun sama-sama bangga
dengan nyiur melambainya, adalah bahwa di Guam tidak ada lagu “Rayuan Pulau
Kelapa”.
Guam kini telah menjadi salah satu pilihan bagi
kebanyakan wisatawan dari Jepang. Terbukti dari banyaknya jalur penerbangan
langsung yang menghubungkan Guam dengan paling tidak ada delapan kota di
Jepang, sementara dengan Philipina diwakili kota Manila, Taipei di Taiwan dan
dengan Indonesia diwakili Denpasar. Barangkali karena itu maka bahasa Jepang
menjadi bahasa kedua setelah Inggris, yang dipergunakan untuk berhalo-halo di
pesawat dari dan ke Guam.
Selama beberapa dekade, Guam sangat dipengaruhi oleh
kultur masyarakat Jepang, dampak dari para turis Jepang yang mencari pantai
tropis terdekat, yang di situ ternyata mereka bisa mendapatkan tas-tas produk
Chanel yang bebas pajak. Akibatnya secara perlahan masyarakat Guam menerima
bahasa, makanan, pakaian dan agama pendatang Jepang.
Daratan Guam yang ibukotanya bernama Hagatna (Agana)
dan tidak lebih luas dari wilayah Jakarta itu ternyata tidak padat penduduknya,
hanya ditunggui sekitar 153,000 orang yang menggunakan bahasa Inggris dan
Chamorro sebagai bahasa resmi, selain juga bahasa Jepang. Bahasa Chamorro ini
dalam perkembangannya sebagai salah satu bahasa di wilayah Mikronesia ternyata
kalau ditilik-tilik mengandung unsur bahasa Malaysia, Indonesia dan Philipina.
Dan kini ternyata masyarakat setempat merasa “kehilangan” dengan budaya asli
Chamorro, sebagai dampak dari masuknya budaya barat dan juga terutama dari
budaya Jepang.
Meskipun penduduknya sedikit, sepengetahuan saya
Guam ini tidak pernah absen ikut pentas kejuaraan Ratu Ayu se-Jagat, meskipun
jarang masuk final. (Barangkali karena kaum perempuannya sudah terlatih
berbikini di pantai. Bedanya kalau di Indonesia yang diperlukan adalah yang
sudah terlatih nekad, bukan naked).
Tempat ini dulunya, pada jaman Perang Dunia II,
merupakan salah satu pangkalan militer Amerika. Karena itu tidak mengherankan
kalau di daratan yang tidak terlalu luas ini banyak dijumpai bekas-bekas
peninggalan perang.
Sebagai bagian dari wilayah teritorial Amerika, Guam
adalah wilayah teritorial yang terletak di ujung paling barat dari wilayah
Amerika lainnya. Letaknya yang berada di sebelah barat garis batas penanggalan
internasional, menjadikan kalau kita berada di Guam ini satu hari lebih awal
dibandingkan dengan wilayah Amerika lainnya.
Hari Senin jam 15.30 sore saya berangkat dari Honolulu, tiba di Guam jam 19:00 malam tapi ternyata sudah hari Selasa, padahal perjalanan ditempuh sekitar 7,5 jam. Pantesan masyarakat Guam sangat bangga dengan slogannya : “Where Amerika’s Day Begins”, lha wong di belahan Amerika lainnya masih Senin, di Guam sudah Selasa.-
Tembagapura, 16 Maret 2000.
Yusuf Iskandar
[Kembali]