Catatan
Lebaran :
2. Itulah
Amerika : Ada Hannukah dan Thanksgiving
Di penghujung tahun 2000 ini suasana khusus juga
dirasakan oleh masyarakat muslim Amerika. Sama halnya dengan di Indonesia, kaum
muslim Amerika juga ber-Idul Fitri (Eid al-Fitr) di antara libur Natal dan
Tahun Baru. Hanya bedanya Idul Fitri bukan Harburnas, sehingga kalau mau
berlebaran ya harus mengambil cuti khusus pula.
Adanya Idul Fitri yang jatuh di antara liburan hari
Natal (Christmas) dan Tahun Baru (New Year), ternyata juga menciptakan suasana
khusus bagi masyarakat Amerika umumnya. Seperti yang dikatakan Presiden Clinton
dalam sambutan Idul Fitri-nya, bahwa di ujung tahun 2000 ini menumpuk beberapa
hari besar keagamaan, yaitu “Hanukkah” (untuk masyarakat Yahudi), “Christmas”
(untuk masyarakat Nasrani) dan “Eid al-Fitr” (untuk masyarakat Muslim).
Maka lengkaplah, dan semakin banyak orang Amerika
yang mengambil liburan akhir tahun untuk melakukan perjalanan mudik. Cuaca
musim dingin (winter) kali ini memang agak kurang menguntungkan untuk melakukan
perjalanan mudik, karena bersamaan dengan turunnya salju tebal di berbagai
belahan Amerika akhir tahun ini. Bahkan di beberapa wilayah malah disertai
badai sehingga sempat memporak-porandakan fasilitas umum serta menghambat lalu
lintas darat maupun udara.
Meskipun demikian, AAA (American Automobile Association)
memperkirakan ada sekitar 44,9 juta orang melakukan perjalanan darat
menggunakan kendaraan pribadi. Jika ditambah dengan pemudik yang menggunakan
sarana pesawat, kereta api dan bis umum antar kota, maka jumlahnya menjadi
sekitar 61 juta pemudik. Ini berarti selama liburan panjang di penghujung tahun
2000 ini lebih seperlima penduduk Amerika akan simpang-siur menjelajahi daratan
Amerika yang luasnya 4,8 kali daratan Indonesia.
***
Hanukkah adalah hari besarnya masyarakat Yahudi.
Hanukkah yang berarti pengabdian atau pemujaan, disimbolkan sebagai “festival
cahaya” untuk merayakan kemenangan pasukan Yahudi, Maccabees, atas tirani
Syrians dan mengusirnya keluar dari Israel pada tahun 165 Sebelum Masehi.
Dengan kemenangan itu akhirnya kaum Yahudi menemukan kembali kehidupan tempat
pemujaan candi Jerusalem. Hari raya ini juga memperingati terjadinya keajaiban
dari sisa minyak lampu yang pada saat pembenahan tempat pemujaan candi
Jerusalem diperkirakan hanya akan cukup untuk penerangan satu hari, ternyata
mampu bertahan hingga delapan hari.
Maka kini masyarakat Yahudi merayakan Hanukkah
dengan menyalakan lilin selama delapan malam berturut turut. Setiap malam
sebatang lilin ditambahkan untuk dinyalakan di atas tempat yang disebut menorah
atau hanukkiah. Menurut kitab suci Yahudi, perayaan Hanukkah dimulai
pada tanggal 25 bulan Kislev hingga tanggal 2 bulan Tevet. Tahun ini adalah
tahun 5761 menurut kalender Yahudi, yang bertepatan dengan malam tanggal 21
hingga 28 Desember 2000.
Hari raya Hanukkah ini memang bukan hari libur resmi
di Amerika. Dapat ditebak sebabnya, ya Amerika akan “bangkrut” kalau delapan
hari raya itu di-Harburnas-kan. Akan tetapi karena kaum minoritas Yahudi di
Amerika sudah sedemikian perpengaruh dalam elite pemerintahan, maka perayaan
Hanukkah ini menjadi mempunyai bobot tersendiri atau lebih memasyarakat.
Berbeda halnya dengan kaum minoritas Muslim yang masih menjadi kaum marginal di
elite pemerintahan Amerika, sehingga hari raya Idul Fitri belum terasa
memasyarakat gaungnya selain menjadi “bumbu penyedap” di forum-forum
resmi.
Itulah Amerika. Adanya hari raya Hanukkah (21-28
Desember), yang di tengahnya ada Natal (25 Desember) dan Idul Fitri (27
Desember), lalu diakhiri Tahun Baru (1 Januari), menjadikan akhir tahun 2000
ini menjadi periode yang pas buat mengambil liburan panjang baik bagi kaum
Yahudi, Nasrani maupun Muslim. Maka hari-hari ini banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Amerika yang mayoritas beragama Protestan dan Katolik (sekitar 84%
dari jumlah penduduknya) untuk melakukan perjalanan mudik.
***
Di Amerika, hari yang dianggap besar kedua setelah
Hari Natal adalah Thanksgiving Day. Kalau hari Natal selalu jatuh pada setiap
tanggal 25 Desember, sedangkan hari Thanksgiving dijatuhkan pada hari Kamis
minggu keempat setiap bulan Nopember. Penetapan ini dibuat oleh Presiden
Franklin D. Roosevelt pada tahun 1939 yang menggantikan penetapan sebelumnya
oleh Presiden Abraham Lincoln pada tahun 1863 yang menjatuhkan hari
Thanksgiving pada setiap hari Kamis terakhir bulan Nopember.
Mungkin karena hari Thanksgiving ini kurang
bernuansa religius, maka setiap negara yang merayakan Thanksgiving dapat
memilih hari yang berbeda pula. Untuk sekedar contoh, hari Thanksgiving di
Canada dirayakan setiap hari Senin kedua di bulan Oktober sejak tahun 1879.
Istimewanya hari Thanksgiving ini antara lain adalah
Harburnas-nya ada dua hari, yaitu Kamis dan Jum’atnya sekalian (tahun 2000 ini
jatuh pada tanggal 23-24 Nopember). Saya hanya mereka-reka, kalau Harburnas-nya
hanya Kamis saja maka Jum’atnya akan merupakan Harpitnas, dan karena itu lalu
di-Harburnas-kan saja sekalian. Maka jadilah libur panjang selama empat hari,
ditambah Sabtu dan Minggunya.
Liburan Thanksgiving juga umum dimanfaatkan oleh
orang Amerika untuk melakukan perjalanan mudik, untuk menjumpai orang tua,
keluarga, saudara, maupun sahabat lama. Untuk saling menyatakan terima kasih
atas ikatan silaturrahmi yang terbina selama ini dan bersyukur kepada Tuhan,
yang lalu dirayakan sambil makan kalkun yang magrong-magrong di atas meja,
sambil nonton American football di televisi.
Tahun 2000 ini, Biro Bantuan Perjalanan AAA
memperkirakan ada sekitar 31,6 juta warga Amerika turun ke jalan melakukan
perjalanan mudik lewat darat dengan kenadaraan pribadi. Kalau ditambah dengan
yang menggunakan pesawat, bis atau kereta api sekitar 7,3 juta orang, maka
jumlahnya menjadi 38,9 juta orang.
Thanksgiving sendiri menurut ceriteranya, seringkali
dikaitkan dengan peristiwa pendaratan kaum separatis gereja Inggris yang
melakukan perjalanan hijrah (pilgrim) menuju daratan Amerika. Pendaratan
itu terjadi tahun 1620 di pantai Plymouth Rock, Massachusetts, setelah mereka
melakukan pelayaran 65 hari menyeberangi samudra Atlantik dengan menggunakan
perahu layar yang bernama Mayflower.
Kedatangan kaum pilgrim dari Eropa itu
ternyata diterima baik oleh penduduk asli yang tinggal di daratan Amerika,
yaitu masyarakat Indian Algonquin. Penduduk asli ini kemudian yang memberi
makan kepada kaum pendatang serta mengajari mereka cara bertani dan menggarap tanah.
Maka ketika panen raya pertama atas hasil pertanian mereka, diadakanlah
perayaan syukuran yang selanjutnya dikenal sebagai perayaan Thanksgiving.
Sebuah pesta tradisional yang dimaksudkan sebagai tanda terimakasih dan rasa
syukur dari kaum pendatang. Itulah salah satu versi dari latar belakang sejarah
perayaan Thanksgiving.
Selain itu ada juga latar belakang tradisi. Jauh
sebelum dikenalnya agama-agama formal di Amerika, para petani kuno mempercayai
bahwa di dalam tubuh tanaman yang mereka tanam terdapat roh yang bahurekso
(berkuasa) atas tumbuh dan matinya tanaman. Mereka percaya bahwa para roh
tanaman itu akan kabur pada saat tanaman dipanen. Pesta panen raya yang
dimaksudkan sebagai perayaan atas kalahnya para roh tanaman inilah yang
selanjutnya mengawali awal ceritera dari perayaan Thanksgiving.
***
Tradisi mudik di Amerika memang agak berbeda dengan
di Indonesia yang selalu berkonotasi sebagai perjalanan kembali ke kampung
halaman. Di Amerika tradisi mudik tidak selalu menuju ke kampung halaman
sendiri, dapat juga berarti perjalanan ke kampung saudaranya atau halaman
sahabat lamanya.
Dan, itulah juga Amerika. Salah satu keuntungan dari
sistem pemerintahan federal dimana pusat-pusat ekonomi menyebar ke hampir
merata di setiap kota, tidak terkonsentrasi di ibukota saja misalnya. Sehingga
adanya tradisi mudik ini relatif tidak menjadi beban urusan bagi pemerintah di
satu kota saja. Arus mudik juga tidak terkonsentrasi di satu titik
pemberangkatan, melainkan silang-menyilang dari dan ke suatu kota tujuan.
Dengan kata lain, kesibukan dan kepadatan arus mudik menyebar di semua negara
bagian.
Menjelang
datangnya musim libur panjang di akhir tahun, orang Amerika menjadi terbiasa
untuk saling mengucapkan “Happy Holiday”. Ucapan “Merry Christmas”, “Happy New
Year”, “Happy Chanukah” atau “Happy Hanukkah”, “Happy Eid al-Fitr” atau “Eid
Mubarak”, tentu juga masih terdengar. Bagi orang muslim, ucapan “Happy Holiday”
ini malah terasa lebih “netral” untuk diucapkan dan disampaikan kepada siapa
saja, apakah dia Protestan, Katolik, Yahudi, Budha, Hindu, Islam atau yang
tidak beragama sekalipun.
Karena
itu untuk tahun 2000 ini, ucapan “Happy Holiday” menjadi lebih pas diucapkan
oleh orang-orang muslim di Amerika, karena hari Idul Fitri jatuh di antara hari
Hanukkah, Natal dan Tahun Baru, yang lalu diambil sebagai Harburnas tambahan
oleh lebih 6 juta kaum muslim Amerika. Ucapan “Happy Holiday” memang tidak
berbau religius, kecuali sekedar saling menyampaikan harapan dan kegembiraan
agar dapat menikmati hari liburan yang indah dan mengesankan bersama-sama
segenap keluarga.
Berbeda
dengan tradisi mudik di Indonesia, acara kumpul keluarga atau sanak-saudara di
Amerika kurang bernuansa sakral sebagaimana umumnya di lingkungan masyarakat
Indonesia. Ya, paling-paling sekedar berjabat tangan, atau berpelukan, atau
bercium pipi, lalu makan rame-rame dan saling bernostalgia. Begitu saja
kira-kira, tidak se-dramatis budaya sungkeman di Indonesia, apalagi di
Jawa. Tali ikatan keluarga dalam budaya Amerika memang tidak sekental tali
ikatan keluarga dalam budaya masyarakat Indonesia.
Oleh
karena itu, yang menjadi pertimbangan utama bagi orang Amerika untuk mudik
adalah bukan karena mau sungkem kepada orang tua atau yang dituakan,
atau untuk saling maaf-memaafkan dalam format silaturrahmi antar anggota
keluarga atau trah (ikatan darah). Melainkan, karena lama tidak ketemu
juga cukup menjadi alasan untuk mudik. Entah ke kampung halaman sendiri atau
kampung halaman orang lain. Artinya, tradisi mudik di Amerika memang berbeda
warna dan nuansanya, serta membawa suasana batin yang berbeda pula.
(New Orleans, 30 Desember 2000).
[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]