Sebuah Catatan :
Sebuah seminar tentang migas telah diadakan di
kantor KJRI Houston, Texas, pada hari Sabtu, 30 Oktober 1999 yll. Seminar ini
diselenggarakan atas prakarsa IATMI Houston (di bawah ketua Bp. Adi Harsono),
bekerjasama dengan KJRI (Konsul Jenderal Republik Indonesia) Houston dan
Permias (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat). Seminar yang
bertemakan “Peran Sumber Daya Alam Bagi Pembangunan, Khususnya Migas” ini
dihadiri lebih dari seratus orang mewakili unsur KJRI, IATMI, mahasiswa dan
masyarakat Indonesia di Amerika.
Hadir sebagai pembicara kunci adalah Duta Besar RI
untuk Amerika Bp. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, sedangkan pemrasaran adalah Ibu
Mari Pangestu (pengamat ekonomi dari CSIS) dan Bp. Gatot Karsoyo (BPPKA), ditambah
dengan pembicara lainnya dari IATMI dan Permias.
Seminar yang berlangsung dari jam 11.00 siang hingga
18:30 sore itu pembicaraannya bergerak melebar tidak hanya pada soal migas dan
kaitannya dengan RUU yang gagal diundangkan beberapa waktu yll, (sebagaimana
diharapkan semula) melainkan ngalor-ngidul menyerempet ke masalah
perkembangan politik di Indonesia setelah terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden,
isu disintegrasi, Timtim, utang luar negeri, KKN di Pertamina, kesempatan kerja
sambilan bagi mahasiswa Indonesia di Amerika, dan banyak hal lainnya. Anehnya,
justru di situlah menariknya, meskipun ujung-ujungnya jadi susah untuk diambil
kesimpulan karena forum berubah menjadi ajang silaturrahmi dan tanya jawab
tentang apa saja yang saat itu terlintas dalam pikiran yang hadir.
Untungnya, Pak Dorodjatun bersedia melayani dengan
baik semua keingin-tahuan penanya, dan umumnya hadirin pun sangat enjoy
dengan mengalirnya topik pembicaraan kemana-mana, sehingga seminar nyaris susah
untuk diakhiri. Meskipun demikian, baik Pak Dorodjatun, Ibu Mari maupun Pak
Gatot, berhasil mengetengahkan tentang beberapa essensi RUU Migas dan tantangan
ke depan bagi bangsa Indonesia tentang sumber daya alam yang tak terbaharui
itu, sehingga menambah cukup banyak wawasan tentang migas di Indonesia terutama
bagi masyarakat Indonesia yang berlatar belakang non-migas.
Memang sulit diharapkan untuk mengkaji secara dalam atas satu topik pembicaraan dalam forum sarasehan yang waktunya terbatas semacam ini. Agaknya memang ngalor-ngidul-nya pembicaraan itu yang justru ditunggu-tunggu oleh hadirin seiring dengan perkembangan politik di tanah air (sebagai penyeimbang atas berita-berita yang selama ini bersumber hanya pada pers). Apa boleh buat, lha wong memang sengaja sejak awal tidak digariskan tentang arah pembicaraan seminar, dan ternyata justru yang demikian itu yang lebih bisa "dinikmati penonton". (Sebuah paket seminar yang tidak sengaja terkemas sebagai paket entertainment, khas gaya pers Amerika menyajikan berita).-
New Orleans, 5 Nopember 1999
Yusuf Iskandar
[Kembali]