Catatan Reportase :

Surat Dari Alaska (1) :

 

Juneau, 24 April 2001 - 21:00 (25 April 2001 – 12:00 WIB)

 

Setelah menempuh perjalanan panjang dari New Orleans (Louisiana), siang tadi sekitar jam 13:00 waktu Alaska saya mendarat di Juneau, ibukota negara bagian Alaska. Jarak terbang dari New Orleans ke Juneau kalau ditempuh langsung adalah sekitar 7 jam. Tetapi kali ini saya menempuhnya dengan bertahap. Berangkat dari New Orleans hari Senin sore kemarin (23 April) menuju ke Seattle (Washington) dengan transit di Houston (Texas). Tiba di Seattle tengah malam. Hari Selasa siang tadi baru berangkat dari Seattle menuju Juneau menempuh perjalanan udara sekitar 2 jam 15 menit.

 

Perjalanan bertahap ini saya lakukan karena saya harus mengepaskan dengan pesawat Alaska Air penerbangan No.  75 dari Seattle menuju Juneau, sementara tidak ada penerbangan pagi dari New Orleans yang bisa sambung pada hari yang sama. Maka terpaksa mesti menginap dulu semalam di Seattle.

 

Alasan untuk mengejar penerbangan No. 75 Alaska Air ini adalah karena saya mau mbarengi Pak Keith Marshall, General Manager tambang perak Greens Creek dimana saya akan melakukan kunjungan tambang selama dua hari. Mempertimbangkan agar nantinya tidak golek-golekan (saling mencari), setiba di Juneau sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke lokasi tambang yang relatif terpencil, maka untuk amannya saya memilih mbarengi Sang General Manager.

 

Perjalanan menuju ke lokasi tambangnya sendiri baru besok pagi. Rencananya akan berangkat dari Juneau jam 04:30 pagi menuju pulau Admiralty menggunakan boat lalu disambung lagi dengan kendaraan darat.

 

***

 

Cuaca kota Juneau cukup dingin siang tadi dan hingga sore ini, serta berawan. Suhu udara sekitar 43 derajat Fahrenheit (sekitar 6 derajat Celcius). Langit berawan dengan sesekali hujan rintik-rintik dan cahaya matahari silih berganti menembus awan. Saat ini sedang musim semi (spring). Di belahan lain negara Amerika sudah mulai memanas suhu udaranya, tapi di Alaska yang memang merupakan negara bagian paling utara dari negara Amerika masih saja dingin. Padahal hari-hari ini matahari sedang tepat berada di garis katulistiwa.

 

Kota Juneau terletak di sisi tenggara wilayah negara bagian Alaska, atau nyelempit di sudut ujung barat daya negara Canada. Meskipun lokasinya masih berada di daratan Amerika Utara, namun kota Juneau dapat dikatakan letaknya terisolir terhadap daratan Amerika, karena untuk mencapainya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan perjalanan udara atau laut. Terhadap kota-kota lain di wilayah Alaska maupun Canada juga tidak ada sarana perhubungan darat, karena kota yang luasnya sekitar 6.700 km2 dan jumlah penduduknya hanya sekitar 31.000 jiwa ini lokasinya dikelilingi laut dan pegunungan bersalju serta glacier (gunung es).

 

Mengisi waktu sore tadi, saya sempatkan untuk jalan-jalan mengunjungi Mendenhall Gracier yang lokasinya di sisi barat laut Juneau, tidak terlalu jauh dari kota. Jalan-jalan sore tapi diantar oleh kendaraan hotel yang kebetulan sopirnya orang Philipina. Suhu udara masih cukup dingin, malah sebenarnya saya rasakan sangat dingin. (Mengenai kota Juneau dan Mendenhall Glacier ini mudah-mudahan akan sempat saya ceriterakan lebih lengkap dalam Catatan Perjalanan yang akan saya tulis terpisah).

 

Sopir Philipino yang mengantarkan saya jalan-jalan sore rupanya cukup surprise ketika tahu ada orang Indonesia yang nyasar ke Alaska. Pasalnya sejak tahun 1988 dia tinggal di Alaska, antara lain di Kodiak (salah satu kota pulau), Anchorage (kota terbesar) dan akhirnya Juneau (ibukota Alaska), belum pernah sekalipun dia ketemu orang Indonesia. Tentu maksudnya bukan tidak pernah ada orang Indonesia datang ke Alaska, hanya saja dia belum pernah menemuinya selama 13 tahun merantau ke Alaska.

 

***

 

Malam ini saya memilih untuk istirahat di kamar hotel saja, meskipun sebenarnya matahari baru tenggelam sekitar jam 20:30. Suasana kota Juneau yang memang tidak padat penduduknya ini umumnya juga sudah tampak sepi. Saya pikir akan lebih baik kalau malam ini saya cukup beristirahat, mengingat besok mesti berangkat pagi-pagi dan disambung dengan perjalanan ke tambang bawah tanah Greens Creek.

 

Meskipun besok akan berangkat jam 04:30 pagi, tapi fajar waktu sholat Shubuh sudah menjelang jam 01:32 dini hari. Yang agak merepotkan saya adalah karena waktu sholat Isya’ baru tiba jam 23:47. Saya belum memutuskan apakah lebih baik tidur dulu atau menunggu waktu sholat Isya’ tiba. Kalau menunggu waktu sholat Isya’ tiba, artinya dua jam kemudian sudah datang waktu Shubuh. Entahlah, tergantung “tingkat kengantukan” saya saja nanti.

 

Mudah-mudahan besok saya tidak mengalami kesulitan untuk on-line sehingga dapat mengirimkan lanjutan dari surat ini secara tepat waktu. Jika tidak, ya harap dimaklumi kalau terpaksa pengirimannya tertunda.

 

 

Yusuf Iskandar

 

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]