Sebuah Catatan :

 

Saat-saat Tidak Mengenakkan

 

Inilah saat-saat paling tidak mengenakkan bagi orang-orang Indonesia yang sedang berada di luar negeri. Seorang mahasiswa Indonesia berceritera tentang dosen dan teman-temannya yang bertanya dan berkomentar tentang apa dan bagaimana Indonesia dan Timor Timur. Galau dan getir hatinya, karena bingung bagaimana harus menyikapinya. Pertanyaan itu ternyata tidak bisa dijawab dengan jawaban pendek. Padahal beberapa bulan sebelumnya, para mahasiswa itu bisa dengan bangga meneriakkan "Salam Reformasi" setiap kali mereka tampil di forum-forum mahasiswa. Tapi kini?. Serba salah.

 

Di satu sisi, bagaimanapun juga rasa nasionalisme tetap bergetar di dada. Di sisi lain, setiap hari rekan dan dosen sang mahasiswa tadi menyaksikan suguhan tayangan tentang Timor Timur di TV-TV dan halaman-halaman depan surat kabar. Sudah bisa ditebak, berita-berita itu mengalir bukan dengan nada mayor atau minor, melainkan irama provokatif bagaikan sedang ngipasin kompor. Salah satunya, lihat kutipan yang diangkat oleh harian The Times-Picayune berikut ini :

 

"Mereka sedang mencoba membunuh semua orang terpelajar sehingga kami tidak dapat lagi membangun negeri kami. Ini adalah operasi perpisahan", kata seorang aktivis pro-kemerdekaan di Timor Timur yang sedang ketakutan menghadapi pembantaian besar-besaran jika delegasi PBB menarik diri keluar dari wilayah yang diserang.

 

Pembunuhan, penjarahan, operasi bumi-hangus, pembantaian besar-besaran, pembasmian etnis, dan masih banyak lagi kata-kata senada yang muncul di surat kabar dan TV. Dengan menonjolkan informasi-informasi yang seperti itu, maka sangat jelas sekali opini masyarakat seperti apa yang akan terbentuk.

 

Terlepas dari apa dan bagaimana sebenarnya yang sedang terjadi di Timor Timur, akan tetapi opini masyarakat sudah terlanjur tergalang. Itulah sebabnya, jawaban pendek sang mahasiswa tadi tentu tidak akan memuaskan pertanyaan atau komentar rekannya yang dari bangsa lain tentang Timor Timur. Sedangkan jawaban panjang, sudah mereka peroleh dari koran dan TV.

 

Lalu bagaimana menyikapinya?

 

Terlalu sering nonton dagelan "Srimulat" terkadang ada manfaatnya, minimal sedikit meredam galau dan getirnya hati ketika ditanya tentang Timor Timur : "Indonesia sekarang jadi terkenal, kan. Setiap hari muncul di koran-koran dan TV-TV", sambil mengembangkan senyum (yang terpaksa dimanis-maniskan). Apakah memuaskan? Tentu tidak.........., kan sudah ada koran dan TV yang setiap hari menyajikan informasi provokatif yang lebih heboh dan dramatis, dan sialnya …..pasti lebih dipercaya.-

 

Inilah saat-saat paling tidak mengenakkan.

 

 

New Orleans, 10 September 1999.

Yusuf Iskandar

 

 

[Kembali]