Sebuah Catatan dalam rangka puasa Ramadhan :
Yang namanya puasa dimana-mana sama, terlebih puasa
Ramadhan yang sudah menjadi agenda tahunan umat Islam yang hukumnya wajib. Tapi
ada yang hilang ketika saya puasa di Amerika, yaitu suasana tradisional yang
biasa saya jumpai di kampung-kampung di Indonesia. Berduyun-duyun ke masjid
atau surau untuk sholat tarawih, jalan-jalan pagi seusai sholat subuh,
alunan tadarusan di tengah malam, canda anak-anak kecil menunggu takjilan
berbuka puasa, adalah sebagian dari suasana tradisional yang seringkali justru
merangsang ke-khusuk-an beribadah.
Namun, sebenarnya saya (dan juga umat muslim
lainnya) beruntung berpuasa di Amerika. Kenapa?.
Beruntung yang pertama; karena saat ini di Amerika
dan di belahan bumi bagian utara umumnya sedang masuk musim dingin. Maka bagi
saya yang tinggal di negara Amerika bagian selatan cuaca menjadi relatif tidak
panas sebagaimana dirasakan oleh orang-orang di katulistiwa umumnya. Bahkan
menjadi dingin dan sangat dingin bagi mereka yang tinggal di Amerika bagian
tengah hingga utara. Maka satu godaan puasa untuk menahan rasa haus dengan
sendirinya mudah diatasi.
Beruntung yang kedua; karena matahari saat ini
sedang ada di belahan bumi selatan, maka lamanya waktu siang hari di Amerika relatif
lebih pendek dibandingkan lamanya waktu malam hari. Sehingga matahari agak
lambat terbit tapi lebih cepat tenggelam, dibandingkan dengan matahari di
Jakarta misalnya. Maka periode tidak makan dan tidak minum karena puasa pun
menjadi lebih pendek. Kalau di Jakarta orang harus puasa kira-kira 14 jam, saya
di Louisiana cukup kira-kira 11 jam 40 menit. Bahkan bagi Mas Bob Adibrata (di
Colorado) dan di daerahnya Mas Supeno (di Maryland) yang letaknya lebih ke
utara, periode puasanya pun berkurang 30-35 menit.
Beruntung yang ketiga; karena di Amerika ada jasa
layanan internet yang mengkhususkan diri di bidang pembangunan, dalam arti
sebenarnya yaitu layanan membangunkan orang tidur (silakan cek-cek ke http://www.mrwakeup.com). Tinggal kirim
pesan minta dibangunkan kapan, jam berapa, pesan apa yang ingin disampaikan,
maka pada saat yang kita minta, Mr. Wakeup akan menilpun dan
menyampaikan pesan. Mr.
Wakeup ini bisa membacakan pesan tertulis dan juga bisa
memutar ulang rekaman suara kita (yang semuanya dilakukan dengan tata cara yang
sangat praktis). Maka sebenarnya tidak ada lagi peluang untuk kerinan
(terlambat bangun), lupa nyetel jam, dsb, yang berakibat tidak makan sahur.
Selama bulan puasa ini saya telah pesan kepada Mr.
Wakeup agar saya dan keluarga dibangunkan untuk makan sahur pada jam 04:25,
dan hingga kini ternyata memang tidak pernah bohong. (Saya membayangkan
seandainya layanan ini kelak meluas ke seluruh dunia termasuk ke negara-negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentu kalau tiba bulan Ramadhan Mr
Wakeup ini akan “ngos-ngosan” melayani pesan pembangunan dari sekian
ratus juta orang yang minta dibangunkan makan sahur dalam periode yang hampir
bersamaan).
Anyway, puasa memang bukan bisnis untung-rugi. Puasa
juga bukan soal kuat-tidaknya menahan haus dan lapar. Puasa adalah satu-satunya
ibadah yang langsung berurusan dengan Allah. Puasa adalah bisnis pribadi secara
langsung antara makhluk dan Khaliknya. Saking pribadinya, sehingga Anda tidak perlu
tahu saya sedang puasa atau tidak, saya juga tidak perlu tahu Anda puasanya
benar atau tidak. Karena itu puasa punya credit-point tersendiri di mata
Allah, sebagaimana janji-Nya : “Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku, karena
itu Aku juga yang akan menakar bonusnya”.
Puasa adalah ibadah bernilai tinggi yang nyaris
tanpa modal. Modal dengkul-pun tidak (lha wong orang yang tidak
punya dengkul juga wajib berpuasa, dan secara teoritis tidak akan
menjadi halangan bagi puasanya). Puasa dijalankan dengan tanpa perlu nggelar
sajadah atau kalungan sarung, tanpa perlu ONH, tanpa perlu kelebihan rejeki
untuk zakat-infak-shodaqoh (kecuali jika menginginkan ibadah sampingan).
Kalaupun tidak punya rejeki untuk makan, Insya Allah
tidak akan ada orang yang membiarkannya tidak sahur dan tidak berbuka. Karena
modal yang diperlukan untuk puasa sedikit saja (tapi susah dan berat, kalau
tidak terlatih), yaitu : “imaanan wakhtisaaban” (iman dan penuh
penyerahan diri — hanya kepada Allah).
Selamat berpuasa Ramadhan.
New Orleans, 12 Desember 1999
Yusuf Iskandar
[Kembali]