Sebuah Catatan*) :

 

“Lha, Siapa Yang Mau Mbayari Saya?”

 

Hati saya berbunga-bunga ketika menerima e-mail dan membaca tawaran untuk ikut Arisan Kejujuran Dan Sambung Rasa (AKSARA), terutama dengan motto-nya  (ditulis dengan huruf besar) : KEJUJURAN ANDA MEMBAWA KEBERUNTUNGAN. Bagimana tidak deg-degan, hanya dengan modal Rp 10.000,- saya akan menerima uang milyaran rupiah dalam 3-5 minggu.

 

Rasa-rasanya saya memenuhi syarat untuk ikut “Arisan” (saya tulis di antara tanda petik) : uang Rp 10.000,- saya punya, alamat email teman-teman saya punya buuuanyak, dan saya yakin termasuk tipe orang yang jujur, tidak serakah dan tidak curang. Apalagi?

 

Lalu sambil duduk nglaras (santai) mendengarkan alunan merdu Natalie Cole dengan “Unforgettable”-nya, saya berkhayal mau saya apakan uang sebanyak itu. Menurut pesannya sih agar saya menggunakan akal sehat untuk menggunakan uang itu untuk hal-hal yang baik dan berguna, terutama pendidikan ibadah. Sambil mengangguk-anggukkan kepala saya membenarkan bahwa itu memang pesan yang sangat simpatik.

 

Tiba-tiba saya kaget sendiri ketika saya mencoba bermatematika atas “Arisan” itu, segera saya hentikan anggukan kepala saya dan saya ganti dengan menggeleng-gelengkannya. Karena ternyata hitungan matematika saya seperti ini :

 

·         Kalau sekarang saya mau ikut “Arisan”, artinya saya sekarang sedang berada di POSISI 5 (belum masuk daftar). Untuk bisa naik di POSISI 4, saya bersama 159.999 orang rekan saya yang lain yang juga akan masuk ke POSISI 4) harus membayarkan uang Rp 10.000,- dan menyebarkan email ke 40 orang lainnya.

 

·         Pada saat ini di atas saya (POSISI 1, 2, 3 dan 4) sudah ada 8.421 orang, ditambah dengan teman-teman yang bersama-sama saya ingin masuk naik ke POSISI 4 jumlahnya ada 160.000 orang, sehingga jumlah peserta “Arisan” saat ini menjadi 168.421 orang.

 

·         Setelah membayar Rp 10.000,- lalu masing-masing dari 160.000 orang yang masih berada di POSISI 5 ini mengirimkan email ke 40 orang calon peserta lainnya. Saya ambil hitungan yang pesimistis saja, katakanlah ada 20 orang dari 40 orang yang dikirimi email, kemudian berminat bergabung di bawah posisi saya (mereka saat ini sedang ada di POSISI 6). Artinya jumlah mereka yang akan berada di POSISI 6 ada 3.200.000 orang.

 

·         Kemudian, dari mereka yang akan berada di POSISI 6 (masih belum nampak orangnya), nantinya juga harus membayar Rp 10.000,- dan lalu menyebarkan 40 email lagi kepada calon peserta baru untuk menduduki di POSISI 7. Katakanlah nantinya ada 20 orang saja yang berminat bergabung. Artinya jumlah mereka yang di POSISI 7 ini akan menjadi 64.000.000 orang.

 

·         Kemudian lagi, calon peserta yang nantinya ada di POSISI 7 juga akan menyebarkan 40 email lagi, katakanlah berhasil mengajak 20 orang calon peserta baru yang saat ini “masih di angan-angan” untuk berada di POSISI 8. Artinya jumlah mereka yang bersama-sama berada di POSISI 8 nantinya akan ada 1.280.000.000 orang (satu milyard dua ratus delapan puluh juta orang).

 

·         Padahal mereka yang nantinya berada di POSISI 8 inilah yang akan mengirimkan uang Rp 10.000,- kepada 160.000 orang yang pada saat ini bersama-sama saya masih berada di POSISI 5 (masih di luar daftar).

 

Yang membuat saya kaget adalah, “seingat saya” penduduk Indonesia itu saat ini hanya sekitar 200 juta orang lebih sedikit. Sebut saja ada 10%-nya atau 20 juta dari penduduk Indonesia yang saat ini mempunyai email dan berminat ikut “Arisan” (angka 20 juta ini hanya sebagai ilustrasi).

 

Lha, njuk siapa yang nantinya mau mbayari ke-160.000 orang yang saat ini berminat ikut “Arisan” (termasuk saya yang saat ini masih berada di POSISI 5), dan sudah jujur mengirimkan uang Rp 10.000,- kepada peserta yang ada di POSISI 1? Lebih jauh lagi, siapa yang akan mbayari peserta di bawah saya?

 

Apakah peserta yang sudah pernah berada di POSISI 1, 2, 3 dan 4 nantinya juga “bersedia untuk peduli” dengan memperlihatkan kejujurannya (lagi) ?

 

Padahal semua hitungan “cara bodoh” di atas adalah dengan asumsi bahwa peserta yang saat ini berada di POSISI 1 adalah peserta “Arisan” Generasi pertama. Nah bagaimana kalau ternyata mereka sebenarnya adalah Generasi ke-5 atau ke-10?

 

Ah…, yo embuh…. Mendingan uang yang Rp 10.000,- saya belikan kaset bajakan, bisa untuk nglaras… …

 

 

New Orleans, 28 Mei 2000.

Yusuf Iskandar

_______

 

*)Catatan ini saya tulis setelah menerima banyak e-mail yang berisi tawaran untuk mengikuti “Arisan” AKSARA.

 

 

 

[Kembali]