Sebuah Catatan :
Info Korupsi
Seorang teman di Indonesia mengirimi saya majalah
Tempo layak baca. Ada sebuah artikel yang menarik perhatian saya, berjudul :
“Koruptor Mati, Hiduplah Korupsi”, yang diturunkan dalam edisi 13-19 Maret 2000
yang lalu.
Pertama, karena di jaman reformasi ini ternyata
kasus-kasus beraroma korupsi yang dulu sepertinya tertutup-tutupi, sekarang ini
menjadi lebih transparan dan terbuka untuk umum (meskipun ujung-ujungnya ya
balik tertutup lagi).
Kedua, semakin mudah terbukanya kasus-kasus korupsi
itu, semakin terbuka pula demikian mudahnya untuk tertutup lagi.
Ketiga, kelihatannya sudah tidak perlu lagi
bisik-bisik untuk menuding kasus korupsi, wong memang sudah jelas-jelas
terjadi (setidak-tidaknya demikian menurut berita media massa).
Ada
cerita lain dengan apa yang saya jumpai di sini, setidak-tidaknya di New
Orleans. Sejak setahun terakhir ini, entah sudah berapa puluh kali saya jumpai iklan
berhadiah di harian “The Times-Picayune”, yang menjanjikan hadiah sampai US$
100,000 (kira-kira senilai dengan Rp 750 juta) jika Anda punya info tentang
perbuatan ilegal, antara lain korupsi, atau perbuatan tidak etis yang dilakukan
oleh para pejabat pemerintah. Iklan dua
kolom itu dipasang oleh The Metropolitan Crime Commission (MCC), yaitu sebuah
kelompok LSM yang sangat gencar mengkampanyekan tentang kehidupan pemerintahan
yang bersih.
Menurut informasinya, selama lima dekade terakhir
ini sebenarnya MCC seperti tidak punya gigi, tidak punya popularitas, dan
dianggap “enggak ada apa-apanya”. Namun tahun-tahun terakhir ini telah
berkembang menjadi institusi di luar pemerintahan yang menanjak popularitasnya,
cukup bikin kesal (baca : disegani) oleh terutama kalangan hakim dan sheriff,
karena memang banyak menyisir polah tingkah dunia peradilan dan kepolisian.
Tidak mengherankan kalau keberadaan MCC sempat
mengundang cemoohan dari kedua kalangan itu. Keadaan ini mengingatkan saya
dengan apa yang sedang menjadi isu hangat di Indonesia, yang juga kedua
kalangan itulah yang kini sedang gerah karena sering menjadi sorotan.
Tentang info yang berhadiah besar ini, kalau Anda
punya informasi apapun yang ingin disampaikan (tentang tindakan ilegal dan
tidak etis), maka Anda tinggal angkat tilpun ke nomor tertentu yang disebut
dengan "Watch Dog Corruption Hotline" dan sangat dijamin
kerahasiaannya. Setelah itu, info itu akan dikaji lebih jauh oleh MCC, eh siapa
tahu, layak untuk diberi imbalan yang sangat menggiurkan untuk hanya sebuah
info.
Di bagian akhir dari iklan itu tertulis sebuah
ajakan yang sangat menarik : bergabunglah dengan kami untuk menciptakan agar
komunitas kita menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk hidup, bekerja dan
membina keluarga. Sebuah ajakan yang sangat membangkitkan simpati dan menjadi
idaman masyarakat manapun.
Sesungguhnya bukan soal tawaran imbalannya yang
menarik perhatian saya, melainkan di balik itu ada mencerminkan betapa
perbuatan ilegal dan tidak etis di kalangan pemerintahan, setidaknya di New
Orleans, sedemikian menjadi kepedulian umum dalam sistem bermasyarakatnya (Atau
justru sebaliknya, makanya dipasang iklan?. Entahlah). Namun yang patut
digaris-bawahi, saya menangkap kesan bahwa hal itu bukan sekedar pemanis wacana
politik masyarakatnya.
Dalam hati saya berkhayal : kalau saja itu terjadi
di sebuah kumpulan kampung nun jauh di katulistiwa sana yang bernama (saya
bangga menyebutnya) Indonesia. Rasanya kita masih boleh berharap banyak kelak
di kemudian hari, dengan langkah-langkah yang sudah, sedang dan akan terus
dilakukan antara lain oleh Indonesian Corruption Watch. Dan juga mudah-mudahan
oleh anak-anak bangsa lainnya yang tidak terbutakan hatinya.
New Orleans, 9 April 2000.
Yusuf Iskandar
[Kembali]