Sebuah Catatan :
Layaknya ritual tahunan
orang Amerika, maka mulai hari Minggu, 2 April 2000 ini hampir di seluruh
wilayah Amerika memajukan putaran jamnya sebanyak satu jam. Tepatnya pada jam 2:00 dini hari orang-orang Amerika memutar
jamnya menjadi jam 3:00. Ini yang disebut dengan Daylight Saving Time (DST)
guna menambah atau memperpanjang waktu siang hari, mengawali datangnya musim
panas. Sebagai ilustrasi, kalau menurut Waktu Standard untuk periode Oktober -
April beda waktu antara Jakarta dan New Orleans adalah 13 jam lebih awal, maka
setelah DST untuk periode April - Oktober waktu di Jakarta menjadi 12 jam lebih
awal dibandingkan dengan di New
Orleans.
DST dimulai setiap hari
Minggu pertama bulan April dan akan diakhiri pada hari Minggu terakhir bulan
Oktober, saat mana orang-orang Amerika akan kembali memundurkan jamnya satu
jam, kembali ke Waktu Standard. Untuk tahun ini, akhir DST jatuh pada tanggal
29 Oktober 2000, sehingga tepat pada jam 2:00 dini hari, orang-orang Amerika
akan memutar jamnya kembali dengan memundurkannya menjadi jam 1:00. (Yang agak
membingungkan bagi kita adalah istilah dimajukan dan dimundurkan. Kita terbiasa
mengatakan kalau suatu acara dimajukan satu jam, artinya yang semula jam 8:00
dirubah menjadi jam 7:00. Sedangkan dalam pengertian DST, dimajukan artinya
semula jam 8:00 bergerak maju menjadi jam 9:00. Demikian pula untuk
dimundurkan).
Meskipun Kongress Amerika
telah menyetujui tentang tata cara DST pada tahun 1966 melalui Uniform Time
Act, ternyata tidak semua wilayah Amerika menerapkannya. Negara bagian Hawaii
dan wilayah teritorial Amerika seperti Puerto Rico, Kepulauan Virgin, American
Samoa dan Guam adalah wilayah-wilayah yang memilih untuk tidak ikut ritual
tahunan DST.
Kalau itu saja barangkali
masih masuk akal, karena letak geografisnya memang terpisah dari daratan benua
Amerika. Yang mengherankan ternyata negara bagian Arizona, dan lebih aneh lagi
hanya sebagian dari wilayah negara bagian Indiana yang mengikuti aturan DST
sedang sisanya tidak mau memutar-mutar jarum jamnya dua kali setahun (Apakah
ini cermin demokratisnya Amerika, atau hanya sekedar “ingin tampil beda”, saya
tidak tahu).
Terakhir aturan tentang awal
dan akhir DST di Amerika ini dituangkan dalam amandemen tahun 1986, yang
ditandatangani oleh Presiden Ronald Reagen, atas Uniform Time Act 1966 yang
semula menetapkan awal DST adalah hari Minggu terakhir bulan April dan berakhir
pada hari Minggu terakhir bulan Oktober. Namun sebelum itu, aturan tentang DST
ini ternyata telah melalui sejarah yang panjang.
***
Tidak hanya di Amerika, ada
sekitar 70 negara di dunia yang hingga saat ini menerapkan pola memperpanjang
waktu siang hari di musim panas, tentunya dengan ketentuan waktu awal dan akhir
yang berbeda-beda. Di Eropa tata cara ini dikenal dengan sebutan Summer Time. Negara-negara
di dunia yang menerapkan DST antara lain adalah : Mesir dan Namibia (di
Afrika); Israel, Irak, Iran, Libanon, Palestina, Syria, Mongolia dan
negara-negara Eropa serta bekas Rusia (di Asia); Australia, Selandia Baru, Fiji
dan Tonga (di Australasia); Rusia, negara-negara Uni-Eropa dan Greenland (di
Eropa); USA, Canada, Mexico, Cuba, Brasil, Chili, Paraguay dan Antarctica (di
Amerika).
Referensi tentang DST ini
dimulai sejak Benjamin Franklin pertama kali melemparkan idenya dengan gaya
humor lewat essainya yang berjudul “Turkey vs. Eagle.cCauley is my Beagle”
di tahun 1784. Namun lebih satu abad kemudian baru disarankan kembali oleh
seorang berkebangsaan Inggris, William Willett, di tahun 1907. Dari hasil
pengamatannya, ia menulis sebuah pamflet yang berjudul “The Waste of
Daylight”. Tahun 1916, sebuah Undang-undang Parlemen di Inggris mengangkat
ide Willet ke dalam pengantar “British Summer Time”. Negara Inggris
menegaskan bahwa bangsanya dapat menghemat energi dan merubah jamnya selama
Perang Dunia I.
Tahun 1918 pada Perang Dunia
II, Kongres Amerika mengetengahkan tentang DST, ternyata tidak populer. Ketika
Amerika terlibat perang lagi di tahun 1942, kembali Kongres memberlakukan DST
guna menghemat energi dengan memperpanjang waktu siangnya (mengurangi waktu
gelapnya), hingga tahun 1945. Tahun 1945 hingga 1966, tidak ada peraturan di
Amerika tentang DST, sehingga setiap negara bagian dan daerah bebas untuk
menerapkan DST atau tidak, dengan tata cara masing-masing kapan mulai dan kapan
berakhir.
Bisa dibayangkan apa yang kemudian terjadi. Terjadilah “kebingungan nasional”, terutama mereka yang bergerak di bidang industri siaran dan transportasi. Bukan saja karena pimpinan nasional mereka yang tidak mau repot-repot mengatur tentang waktu di pelosok wilayahnya, tetapi lebih-lebih masyarakatnya yang jadi sangat repot akibat setiap tempat menerapkan aturan yang berbeda-beda.
Stasiun radio dan TV setiap
saat mesti mengumumkan saat awal dan akhir DST dari setiap kota dan wilayah.
Penumpang dan sopir bis antar kota antar negara bagian dalam sepanjang jalur
perjalanannya harus sekian kali mengubah-ubah jam tangannya tergantung tempat
dan aturan waktu yang berlaku. Para petani pun dibuat repot sehubungan dengan
adanya penambahan waktu siang hari. Hingga akhirnya Kongres memutuskan untuk
mengakhiri masa “kebingungan nasional” mereka, setelah terlanjur berjalan lebih
20 tahun. Presiden Lyndon Johnson menandatangani The Uniform Time Act pada
tanggal 13 April 1966.
***
Di balik semua itu,
keuntungan apa sebenarnya yang bisa diperoleh dengan perpanjangan waktu siang
hari. Departemen Transportasi Amerika (yang mengurusi tata cara DST) melakukan
studi dan menyimpulkan bahwa DST ternyata membawa keuntungan, antara lain :
Pertama, menghemat energi.
Dalam periode 1974-1975 (setelah perang Arab - Israel dan embargo minyak Arab
tahun 1973), DST mampu menghemat kebutuhan minyak hingga 600.000 barrel per
tahun. Kedua, menyelamatkan jiwa dan mencegah cedera akibat kecelakaan
lalulintas. Akibat DST memungkinkan para pekerja dan pelajar pulang ke rumah di
hari yang masih terang (jam belajar di Amerika hampir sama dengan jam kerja,
berbeda dengan di Indonesia). Perjalanan di hari yang masih terang dipandang
lebih aman dibanding jika hari sudah gelap. Ketiga, mencegah tindak kejahatan.
Juga karena siang hari lebih panjang maka mengurangi kemungkinan orang terkena
tindak kejahatan yang umumnya terjadi saat hari gelap.
Datangnya DST oleh Bagian
Keselamatan dimanfaatkan untuk menganjurkan agar pada saat menggeser jarum jam sekaligus
mengganti batu baterei smoke detector yang ada di rumah atau bangunan.
Nyatanya di Amerika ini 90% perumahan dilengkapi dengan alat pendeteksi asap
kebakaran, tetapi diperkirakan sepertiganya tidak berfungsi karena lalai
mengganti batereinya.
Yang menarik, kalau sekarang
Anda tanya kepada orang Amerika kenapa ada DST ? Umumnya mereka akan kesulitan
menjawab, paling-paling akan terdengar jawaban : “karena Perang Dunia”, atau
“agar orang-orang punya waktu lebih banyak berkegiatan di luar akibat waktu
siang lebih panjang”, atau “untuk membantu petani”. Padahal, umumnya petani
justru menolak DST. Petani biasanya bangun tidur mengikuti irama matahari,
tidak perduli jam berapa. Dengan adanya DST, para petani jadi repot harus
menyesuaikan jadwal hidupnya untuk menjual hasil pertaniannya kepada
orang-orang yang mengikuti DST. Agaknya inilah yang terjadi di sebagian negara
bagian Indiana yang para petaninya enggan untuk ikut-ikutan dengan aturan DST.-
New Orleans, 2 April 2000
Yusuf Iskandar
__________
*)Disarikan dari
berbagai sumber.
[Kembali]